Grey and white


Hirau kan dulu judulnya ok, soalnya pasti gak bakalan nyambung diawalnya... 

Kita pasti sering sekali melalukan sesuatu hal yang mungkin dinilai salah sama orang, misalkan lagi kumpul nih ceritanya, disaat yang lain sedang rame, ada yang bercerita, tertawa-tawa, eh kita malah diem aja, kebayangkan penilaian sebagian orang? mungkin menganggap kita itu sombong, pemalu, atau apalah banyak...padahal mungkin saja pada saat itu hati kita sedang tidak mendukung untuk bisa ikut rame-rame dengan teman-teman. 

Coba kalo kita lagi sakit gigi trus kumpul dengan teman-teman..
Karena sakit gigi muka kita tuh kayanya sedikit melankolis atau berprilaku sedikit morang-maring gak jelas karena menahan rasa sakit, penilaian orang-orang pun pasti sama halnya beraneka ragam terhadap kita sebelum tau kebenaran apa yang membuat diri kita beraut muka melankolis atau pun morang-maring gak jelas. hehehe..."kasian yah gigi mah, kalo sakit gak ada yang nengokin bahkan orang-orang seperti yang malu untuk mengakui sakit gigi"

Mau cerita dikit tentang sebuah pengalaman nih.
Ceritanya kurang lebih begini, sewaktu disebuah toko buku aku sedang mencari-cari buku dan juga membaca-baca resensinya ada dua cewe cantik yang kebetulan terlihat sedang melakukan hal yang sama dengan ku, hmmm... belum ada pikiran aneh sih biasa aja.. tapi kok sepertinya lama-lama diperhatikan jadi ada yang aneh? Itu terlihat dari prilaku si cewek cantik berdua itu...
Aku bertanya-tanya sendiri "kenapa yah mereka melihat aku sambil tersenyum-senyum dan agak seperti yang ngetawain..."
Awalnya sih inimah mungkin Geer aja akunya, bisa aja ada maksud yang lain atas prilaku mereka itu atau juga bukan ditujukan sama aku, tapi karena emang toko buku itu kebetulan gak terlalu ramai, jadi aku bisa sedikit mengerti karena ternyata mungkin ungkapannya itu emang ditujukan sama aku..
duh pikiran jadi bingung nih kenapa? maklum aja, kalo ngaca pake kaca bening muka aku mah da pas banget dan berbanding berbalik sama yang dikatakan ibu aku, "ibu gak jujur demi kebaikan anaknya  ini hihihi..." masa dua cewe cantik itu ngelirik atau suka sama aku... ah sepertinya itu mah mustahil.

Sial ternyata dugaan ku pun terbukti..
Selang beberapa waktu, aku pun tersadar bahwa reseleting celana ku lupa kututup setelah sebelumnya mampir di toilet. duh malu deh aku... ternyata karena itu yah aku ketawain dua cewek-cewek itu.. gapapa lah yang penting aku jadi sadar reseleting terbuka.. untung isinya gak kabur dan juga berarti cewek-cewek cantik itu peduli padanya.. hahahaha,...

Ok deh segitu aja ceritanya ... Aib-aib,:p

Intinya aku jadi memiliki kesimpulan mungkin penilaian itu terbentuk melalui logika dan perasaan manusia itu sendiri yang terproses didalam otaknya (grey matter dan white matter) entah melihat gerak-gerik dan juga dari apapun yang berupa bentuk komunikasi baik lisan atau tulisan, maka gak akan jauh-jauh pasti terbentuk dari sesuatu (bisa benda) atau dilakukan seseorang maka terbentuklah penilaian.

Nah penilaian beraneka ragam itu akan bermunculan sebelum mengetahui kebenarannya. Kaya cerita monyet dengan batok kelapa yang ingin dibukanya.
Makanya itu mengapa kita tidak boleh berburuk sangka dulu (Suudzon) dan menilai terlebih dahulu sebelum tau kebenaran pastinya karena takutnya kita telah salah menilai...Ini sih dari pengamatan aku sendiri yah jadi mungkin aja salah....

“Who are you to judge the life I live? I know I'm not perfect and I don't live to be, but before you start pointing fingers... make sure you hands are clean!” Bob Marley

Ngomong-ngomong soal logika dan perasaaan.. jadi kepikiran ciptaan manusia, soalnya teknologi memang bisa mewakili logika manusia, benerkan terbukti! seperti halnya komputer dan alat-alat keperluan lainnya... Namun teknologi sangat sulit untuk menemukan yang dapat mewakili perasaan manusia? atau mungkin mustahil? 

gak pernah kita menjumpaikan komputer yang mengeluh layaknya manusia dengan raut muka yang sedih karena penggunaan yang tidak layak oleh manusia. atau juga komputer kita mengeluh karena sudah jarang kita sentuh dan dianggap mesin tua.

Oh ya, tamagochi...
Tapi sayang tamagochi itu setingan logika bukan berarti memiliki perasaan sesungguhnya seperti perasaan yang dimiliki manusia... 

Hmmm...Udah ah, gak akan cari jawabannya jadi bingung sendiri.. Mungkin perasaan itu gaib... 

2 comments:

  1. baru kali ini denger ada cerita monyet dengan batok kelapa.. penasaran..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo orang sunda bilang, monyet ngagugulung kalapa.
      Intinya karena monyet sesungguhnya gak mengerti cara membuka buah kelapa.. Itu sih mungkin korelasinya .. Hehehe..

      Delete

Instagram